Penulis:Angela Dwinny April
Instansi:Universitas Pamulang

Tangerang – Mengapa beberapa perusahaan tidak melakukan perencanaan strategis?

Beberapa perusahaan tidak melakukan perencanaan, sementara yang lain melakukan perencanaan namun kurang dukungan dari manajemen dan karyawan. Berikut beberapa alasan mengapa perencanaan strategis tidak ada atau tidak baik:

  1. Struktur lingkungan yang buruk Ketika sebuah organisasi berhasil, sering kali organisasi tersebut mendapat pujian. Jika terjadi kegagalan, perusahaan dapat mendukung. Tidak ada cara yang lebih baik bagi seseorang untuk melakukan sesuatu (dan tidak menarik perhatian) selain mengambil risiko melakukan sesuatu, menyerah, dan kemudian dihukum.
  2. Dalam pergulatan untuk bertahan— Sebuah organisasi dapat terjebak dalam krisis manajemen dan berjuang untuk mengatasinya sehingga tidak ada waktu untuk membuat rencana.
  3. Menyia-nyiakan waktu – Beberapa perusahaan memandang perencanaan strategis hanya membuang-buang waktu karena tidak ada produk yang dikembangkan untuk pasar. Perencanaan yang menghabiskan waktu adalah investasi.
  4. Terlampau mahal—beberapa organisasi secara kultural tiadak senang mengerahkan sumber daya.
  5. Kemalasan—orang mungkin enggan untuk mencoba membuat rencana.
  6. Puas dengan keberhasilan—Apalagi ketika bisnis berjalan dengan baik, orang mungkin tidak merasa perlu membuat rencana karena sudah senang dengan keadaan saat ini. Namun kesuksesan hari ini tidak menjamin kesuksesan esok hari.
  7. Takut gagal—dengan tidak berbuat apa-apa risiko kegagalannya kecil, kecuali jika urusannya penting dan mendesak, dan jika ada sesuatu yang patut diperjuangkan selalu ada kemungkinan kegagalan.
  8. Kepercayaan diri yang berlebih—dengan semakin banyaknya pengalaman, orangmungkin merasa lebih bergantung pada rencana yang atidak terlalu formal. Namun, perilaku seperti ini sering kali tidak tepat. Menjadi terlalu percaya diri atau terlalu mengandalkan pengalaman bisa menjadi bumerang. Ide tidaklah kosong dan sering kali merupakan tanda profesionalisme.
  9. Pengalaman buruk masa lalu—Orang bisa mempunyai pengalaman buruk mengenai perencanaan, terutama jika rencana tersebut panjang, bertele-tele, tidak berguna, atau tidak konsisten. Rencana, seperti hal lainnya, bisa gagal.
  10. Kepentingan pribadi—Ketika seseorang memperoleh status, hak istimewa, atau kepercayaan diri dengan berhasil menggunakan strategi lama, mereka mungkin menganggap strategi baru tersebut sebagai ancaman.
  11. Ketakutan akan sesuatu yang belum jelas—orang kadang merasa tidak yakin akan kemampuan mereka untuk belajar ketrampilan baru, akan adaptasi mereka dengan sistem baru, atau akan kemampuan mereka untuk memainkan peran baru.
  12. Perbedaan pendapat— orang mungkin saja merasa bahawa suatu rencana salah. Mereka mungkin melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda, atau memiliki aspirasi mengenai diri merekasendiri atau organisasi yang tidak sejalan dengan rencana tersebut. Orang berbeda di tempat kerja memiliki persepsi yang berbeda pula atas suatu situasi.
  13. Kecurugaan—karyawan bukan tak mungkin tidak percaya kepada manajaemen.

Penting untuk diingat bahwa perencanaan strategi adalah suatu keharusan dalam bisnis yang ingin berkembang dan bertahan dalam jangka panjang. Perencanaan strategi membantu perusahaan untuk mengidentifikasi tujuan jangka panjang, mengelola risiko, memanfaatkan peluang, dan mencapai keunggulan kompetitif. Oleh karena itu, jika suatu perusahaan tidak melakukan perencanaan strategi, mereka mungkin lebih rentan terhadap ketidakpastian bisnis dan kompetisi yang kuat.

Rencana teknis yang baik tidak akan ada gunanya rencana yang diimplementasikan, banyak perusahaan menghabiskan banyak waktu, uang dan uang untuk membuat rencana yang berbeda, membuat cara dan lingkungan di mana rencana lain dilaksanakan untuk pemantauan! Perubahan terjadi melalui implementasi dan analisis, bukan melalui perencanaan. Implementasi yang baik akan lebih berhasil dibandingkan rencana komprehensif yang tidak dilaksanakan melalui tulisan atau diketik di atas kertas.

Manajemen strategis tidak boleh menjadi proses birokrasi dengan memperjuangkan dan mempertahankan kepentingan pribadi, pengelolaan sistem yang efektif identik dengan keterbukaan. Kesediaan dan kesediaan untuk mempertimbangkan informasi baru, ide baru, ide baru, dan peluang baru sangat penting bagi setiap orang di organisasi agar memiliki semangat untuk melakukan penelitian dan pembelajaran. Para perencana seperti CEO, presiden, pemilik usaha kecil, dan kepala lembaga pemerintah harus bersedia mendengarkan dan memahami situasi manajer sehingga mereka dapat mengubah situasi tersebut sesuai keinginan manajer. Selain itu, manajer dan karyawan harus mampu menafsirkan posisi ahli strategi agar dapat memahaminya. Jenis disiplin ini akan meningkatkan pemahaman dan pembelajaran.

By Admin

Open chat
1
Scan the code
Media Sembilan
Halo kakak 👋
Kalau Kakak mau upload berita atau artikel, yuk siapkan dulu naskah dan fotonya. Kalau sudah siap, Kakak bisa langsung kirim ke kami. Atau, kalau lebih mudah, Kakak bisa langsung chat mimin aja. Kami siap bantu! 😊