Nama Penulis | : | Wiwik Rusdiyanti |
Intansi | : | Universitas Pamulang |
Siklus akuntansi perusahaan adalah suatu urutan kegiatan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mencatat setiap peristiwa selama operasi perusahaan. Umumnya proses tersebut dilakukan dalam waktu satu tahun, setelah itu hasil dari proses tersebut dilaporkan ke perusahaan pada akhir tahun. Proses akuntansi ini berulang untuk menciptakan siklus yang disebut siklus akuntansi.
Siklus akuntansi dimulai dengan transaksi pertama dan diakhiri dengan persiapan akun tahunan. Siklus ini mencakup beberapa langkah seperti mengumpulkan informasi, mencatat transaksi, mengoreksi dan memelihara jurnal umum, membuat neraca saldo, menyusun laporan keuangan dan menutup buku. Tujuan adanya siklus akuntansi yaitu untuk memastikan bahwa informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan adalah akurat, andal, relevan, dan tepat waktu. Dengan mengikuti siklus akuntansi yang andal, perusahaan dapat memantau kinerja keuangannya, membuat keputusan bisnis yang tepat, dan memenuhi persyaratan pajak dan hukum yang berlaku.
Tahapan Siklus Akuntansi
1. Identifikasi Transaksi
Akuntan harus melakukan fungsi identifikasi ini dengan benar, yang dapat dilakukan dengan mencatat setiap transaksi yang terjadi. Transaksi akuntansi yang dicatat adalah transaksi yang berdampak langsung pada perubahan situasi keuangan perusahaan dan dievaluasi secara objektif. Transaksi yang telah terjadi juga harus memiliki bukti transaksi untuk mengidentifikasinya. Bukti transaksi ini dapat berupa kuitansi, invoice, nota atau bukti lain yang dianggap sah dalam dunia akuntansi.
2. Analisis Transaksi
Setelah fase identifikasi, fase berikutnya dari siklus akuntansi adalah akuntan menganalisis peristiwa tersebut untuk pengaruhnya terhadap posisi keuangan perusahaan. Akuntansi double-entry selalu digunakan dalam sistem akuntansi perusahaan. Dengan kata lain, setiap transaksi akuntansi berdampak pada posisi keuangan saldo debet dan kredit dan harus seimbang.
3. Pencatatan Transaksi dalam Jurnal
Setelah melakukan analisis transaksi, langkah selanjutnya dalam siklus akuntansi adalah mencatat semua transaksi dalam buku besar keuangan. Dalam akuntansi, jurnal didefinisikan sebagai catatan kronologis periode di mana peristiwa terjadi. Memasukkan informasi ini disebut penjurnalan. Dalam proses jurnal, setiap transaksi dibagi menjadi dua bagian yaitu debet dan kredit. Entri ini dapat dibuat dalam jurnal umum. Pencatatan harus dilakukan secara berurutan dan menyeluruh, tidak boleh ada transaksi yang terlewatkan. Sampai akhirnya mendapatkan jumlah debit dan kredit yang sama.
4. Posting Buku Besar
Setelah posting di jurnal, siklus akuntansi selanjutnya adalah mentransfer semua transaksi ke buku besar. Buku besar adalah kumpulan akun-akun akuntansi yang memuat informasi mengenai aktiva tertentu yang dicatat dalam satu periode. Setiap buku besar diberi nomor kode khusus. Tujuannya untuk memudahkan proses identifikasi dalam jurnal tersebut. Selain itu, akuntan juga lebih mudah untuk memeriksa atau melihat referensi terkait transaksi ketika sudah tercatat dalam akun.
5. Menyusun Neraca Saldo dan Jurnal Penyesuaian
Langkah selanjutnya dalam siklus akuntansi yang dilakukan oleh akuntan adalah penyusunan neraca saldo dan jurnal penyesuaian. Neraca percobaan berisi daftar saldo setiap buku besar untuk periode tertentu. Saat menulis neraca saldo, saldo buku besar ditambahkan dan harus sama. Jika status menunjukkan bahwa ada peristiwa yang belum diperbaiki atau ditemukan kesalahan pada tingkat pengujian, akuntan harus mencatatnya dalam jurnal penyesuaian. Penyusunan jurnal penyesuaian ini dilakukan secara berkala dan prosesnya juga sama seperti penjurnalan. Setelah dicatat dalam jurnal penyesuaian, hasil laporan keuangan menjadi aktual.
6. Penyusunan Neraca Saldo Penyesuaian dan Laporan Keuangan
Langkah selanjutnya dalam siklus akuntansi adalah menyiapkan neraca saldo dan laporan keuangan yang telah disesuaikan. Neraca Saldo Penyesuaian dibuat dengan berdasarkan pada buku Neraca Saldo yang sudah dibuat sebelumnya dengan memperhatikan Jurnal Penyesuaian. Saldo ini dibagi menjadi aset dan kewajiban sesuai dengan statusnya. Kemudian disusun hingga jumlah saldo keduanya sama besar. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Neraca Saldo Penyesuaian ini adalah jumlah saldo pada Aktiva maupun Pasiva berjumlah sama besar.
Bila tidak, maka terjadi kesalahan dalam perhitungan dan tidak bisa dibuat Laporan Keuangannya. Laporan Keuangan ini dibuat setelah jumlah saldo Aktiva dan Pasiva pada buku Neraca Saldo berjumlah sama besar. Laporan akuntansi menghasilkan sejumlah laporan, seperti laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan neraca yang menghitung likuiditas, solvabilitas, dan fleksibilitas. Kemudian, akuntan bergerak ke langkah terakhir yaitu membuat jurnal penutup.
7. Menyusun Jurnal Penutup
Jurnal penutup ini disusun pada akhir periode pelaporan dengan menutup akun nominal atau akun laba rugi. Untuk menutup menutup kedua akun ini dengan mengatur nilai akun menjadi nol. Tujuan penutupan akun ini adalah untuk melihat aliran sumber selama periode akuntansi tersebut berjalan. Setelah rekening tersebut ditutup, Jurnal Penutup ini bisa digunakan untuk mengukur setiap kegiatan yang telah dilaksanakan selama periode tersebut. Pada periode selanjutnya, jurnal penutup dapat membantu memulai kembali pada periode akuntansi berikutnya.
8. Tambahan: Menyusun Neraca Saldo dan Jurnal Pembalik
Proses penyusunan Neraca Saldo dan Jurnal Pembalik adalah bersifat opsional sehingga boleh dilakukan ataupun tidak. Neraca saldo ini berisi saldo rekening permanan dari rekening buku besar setelah jurnal penutup. Sedangkan jurnal pembalik dibuat dengan tujuan agar proses pencatatan beberapa transaksi yang berulang bisa lebih sederhana.