GREEN INNOVATION PADA KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

Fani Farawita Fauzi | 241010800401
Jurusan Teknik Industri | Fakultas Teknik | Universitas Pamulang

Pendahuluan

Perkembangan industri yang sangat cepat sering kali sejalan dengan meningkatnya tingkat pencemaran lingkungan yang berasal dari aktivitas produksi, khususnya pada sektor manufaktur (Asila & Falikhatun, 2023). Pencemaran tersebut antara lain disebabkan oleh pemanfaatan sumber daya yang kurang efisien, yang pada akhirnya dapat berdampak terhadap penurunan profitabilitas Perusahaan (Chen dkk., 2006). Perekonomian di Indonesia dapat kita lihat dari jumlah perusahaan yang berdiri telah mengalami peningkatatan setiap tahunnya. Dengan peningkatan tersebut tentunya juga akan mengakibatlkan aktivitas perindustrian bertambah dan tidak ramah lingkungan. Wujud dari tidak ramah lingkungan yang dimaksud dapat berupa pencemaran air, tanah, dan udara yang menimbulkan dampak serius bagi kehidupan serta keberlanjutan (Hendrawan & Suhartini, 2025). Perusahaan sektor manufaktur menjadi salah satu sektor yang mengkonsumsi paling banyak energi dan menyebabkan pencemaran. Sektor manufaktur seringkali tidak mengolah limbah mereka dengan baik, tidak jarang juga limbah hasil produksi dari industri manufaktur dibuang sembarangan dan berakibat mencemari lingkungan sekitar (Qureshi dkk., 2020).

Perubahan iklim global, kerusakan lingkungan, serta meningkatnya kesadaran konsumen terhadap produk ramah lingkungan telah mendorong perusahaan, khususnya di sektor manufaktur, untuk mengadopsi strategi keberlanjutan melalui penerapan green innovation. Inovasi hijau ini tidak hanya ditujukan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga menjadi strategi penting dalam meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing perusahaan. Menurut Hendrawan dan Suhartini (2025), green innovation mencakup pengembangan produk dan proses produksi yang berorientasi lingkungan, seperti penghematan energi, pengurangan limbah, serta penggunaan bahan baku ramah lingkungan. Namun demikian, penelitian mereka menunjukkan bahwa penerapan green innovation di industri dasar dan kimia di Indonesia belum memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam jangka pendek, yang disebabkan oleh besarnya biaya investasi awal dan keterbatasan dukungan infrastruktur pendukung inovasi hijau.

Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Asila dan Falikhatun (2023) menunjukkan bahwa penerapan inovasi teknologi ramah lingkungan mampu memberikan dampak positif yang signifikan terhadap Return on Assets (ROA) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Temuan ini mengindikasikan bahwa green innovation berpotensi memberikan keuntungan finansial apabila diterapkan secara efektif dalam strategi bisnis perusahaan. Meskipun terdapat perbedaan hasil temuan antar studi sebelumnya, secara keseluruhan green innovation dipandang sebagai komponen strategis yang penting dalam memperkuat daya saing perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, analisis mendalam mengenai pengaruh green innovation terhadap kinerja perusahaan manufaktur di Indonesia menjadi krusial, baik dalam aspek keuangan, operasional, maupun kepatuhan terhadap regulasi lingkungan yang berlaku.

Perusahaan Manufaktur Di Indonesia

Perusahaan manufaktur merupakan sektor industri yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Industri ini bertugas mengolah bahan mentah menjadi barang jadi dengan nilai tambah melalui proses produksi yang terstruktur. Kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia secara konsisten berada di atas 19%, menjadikannya sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional. Perusahaan manufaktur di Indonesia khususnya di sektor industri dasar dan kimia menghadapi tantangan signifikan seperti efisiensi produksi, tekanan biaya, dan rendahnya adopsi inovasi ramah lingkungan yang berdampak pada kinerja jangka pendek (Hendrawan & Suhartini, 2025).

Dalam upaya meningkatkan daya saing, perusahaan manufaktur di Indonesia dituntut untuk menerapkan praktik bisnis berkelanjutan, salah satunya melalui adopsi green innovation. Penggabungan antara green innovation dan integrated reporting mampu meningkatkan nilai perusahaan secara signifikan pada perusahaan manufaktur subsektor plastik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menandakan bahwa orientasi terhadap keberlanjutan dan transparansi menjadi keunggulan kompetitif baru di era modern (Tarigan & Dewi, 2025). Namun demikian, efektivitas inovasi ramah lingkungan dalam meningkatkan kinerja perusahaan manufaktur tidak bersifat universal. Penelitian oleh Samino dkk., (2025) terhadap perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI menunjukkan bahwa green product innovation berdampak positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan green process innovation justru berdampak negatif. Temuan ini mempertegas bahwa implementasi inovasi harus mempertimbangkan karakteristik industri, kesiapan teknologi, serta kapasitas sumber daya manusia.

Selain faktor keberlanjutan, transformasi digital juga menjadi aspek penting dalam perkembangan perusahaan manufaktur di Indonesia. Robbi dkk., (2025) menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi industri 4.0 seperti otomatisasi, Internet of Things (IoT), dan sistem informasi terintegrasi mampu meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi. Mereka menyoroti bahwa perusahaan yang mampu menerapkan transformasi digital dengan baik cenderung memiliki daya saing yang lebih tinggi di pasar regional dan global. Dengan demikian, pengembangan perusahaan manufaktur di Indonesia memerlukan pendekatan yang komprehensif, mulai dari efisiensi operasional, adopsi inovasi ramah lingkungan, digitalisasi proses produksi, hingga pelaporan yang transparan. Peran pemerintah dalam menyediakan insentif, infrastruktur, dan kebijakan pendukung sangat krusial untuk mempercepat transformasi industri manufaktur ke arah yang lebih berkelanjutan dan kompetitif.

Green Innovation

Green Innovation adalah inovasi pada produk, proses, dan manajemen yang bertujuan menekan dampak negatif terhadap lingkungan, sekaligus meningkatkan efisiensi dan nilai perusahaan. Pendekatan ini meliputi green product innovation, seperti desain yang meminimalkan limbah atau penggunaan bahan ramah lingkungan; serta green process innovation, yang mencakup penggunaan teknologi hemat energi dan pengelolaan limbah produksi. Green innovation baik produk maupun proses belum memberikan efek signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur jangka pendek akibat tingginya biaya awal dan kurangnya infrastruktur pendukung (Hendrawan & Suhartini, 2025). Ini sejalan dengan penelitian Husnaini & Tjahjadi, (2020) yang menemukan bahwa green product innovation saja tidak cukup mendorong nilai perusahaan, namun ketika dikombinasikan dengan green process innovation, peningkatan nilai perusahaan menjadi nyata. Green Innovation berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, dengan kinerja lingkungan sebagai variabel mediasi. Selain itu, penelitian dari Tarigan & Dewi, (2025) membuktikan bahwa green innovation pada perusahaan manufaktur subsektor plastik secara signifikan meningkatkan nilai perusahaan selama periode 2019–2023.

Cara Kerja Green Innovation

Green Innovation adalah strategi inovatif yang menggabungkan aspek lingkungan ke dalam proses, produk, dan kebijakan perusahaan, dengan tujuan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan serta meningkatkan efisiensi sumber daya. Cara kerja green innovation tidak hanya berfokus pada hasil akhir (produk hijau), tetapi juga mencakup proses produksi yang berkelanjutan dan manajemen lingkungan yang strategis.

  1. Pengembangan Produk Ramah Lingkungan

Green innovation bekerja melalui pengembangan produk yang memiliki siklus hidup lebih ramah lingkungan, baik dalam hal penggunaan material, konsumsi energi, maupun emisi karbon. Produk yang dirancang biasanya mudah didaur ulang, lebih tahan lama, dan meminimalisasi limbah (Chen dkk., 2006).

  • Inovasi Proses Produksi

Green innovation juga mencakup perubahan pada proses produksi agar lebih efisien secara energi dan menghasilkan emisi yang lebih rendah. Proses ini melibatkan teknologi bersih (clean technology), penggunaan bahan baku terbarukan, dan pengurangan limbah industri (Kammerer, 2009).

  • Integrasi Manajemen Lingkungan

Green innovation berjalan efektif jika perusahaan memiliki sistem manajemen lingkungan yang baik seperti ISO 14001. Sistem ini mendukung pengambilan keputusan yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan dalam seluruh rantai nilai perusahaan (Zailani dkk., 2012).

  • Kolaborasi dan Teknologi

Cara kerja green innovation juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam membangun kolaborasi, baik dengan lembaga penelitian, pemerintah, maupun konsumen. Teknologi menjadi enabler utama dalam inovasi hijau, termasuk digitalisasi, Internet of Things, dan teknologi energi bersih (Morrow & Mowatt, 2015).

Keunggulan Green Innovation Dalam Teknik Industri

Green Innovation atau inovasi hijau dalam konteks teknik industri mencakup penerapan teknologi dan proses yang berorientasi pada efisiensi, keberlanjutan, dan pengurangan dampak lingkungan. Inovasi ini memberikan sejumlah keunggulan strategis dan operasional dalam kegiatan manufaktur dan industri lainnya.

  1. Meningkatkan Efisiensi Energi dan Sumber Daya S

alah satu keunggulan utama green innovation dalam teknik industri adalah peningkatan efisiensi penggunaan energi dan sumber daya. Inovasi seperti energy-efficient machinery, lean manufacturing, dan waste minimization dapat mengurangi biaya operasional dan konsumsi energi secara signifikan (Eiadat dkk., 2008).

  • Penguatan Citra dan Daya Saing Perusahaan

Di era konsumen yang semakin sadar lingkungan, perusahaan industri yang mengadopsi green innovation cenderung lebih dihargai di pasar. Citra positif terhadap perusahaan yang ramah lingkungan memberikan keunggulan kompetitif yang penting (Chen dkk., 2006).

  • Kepatuhan terhadap Regulasi dan Standar Internasional

Dalam teknik industri, perusahaan manufaktur sering dihadapkan pada berbagai regulasi lingkungan seperti ISO 14001, standar emisi, dan peraturan limbah. Green innovation membantu perusahaan untuk lebih mudah memenuhi standar ini, bahkan melampaui persyaratan minimum.

  • Mendorong Inovasi Teknologi dan Proses Produksi

Green innovation mendorong perancangan ulang proses produksi dengan memanfaatkan teknologi yang lebih bersih (clean technologies), pemanfaatan limbah menjadi bahan baku, dan otomasi yang hemat energi.

  • Mendorong Inovasi Teknologi dan Proses Produksi

Green innovation mendorong perancangan ulang proses produksi dengan memanfaatkan teknologi yang lebih bersih (clean technologies), pemanfaatan limbah menjadi bahan baku, dan otomasi yang hemat energi.

  • Meningkatkan Keberlanjutan Jangka Panjang

Keunggulan terakhir yang penting adalah kontribusi green innovation terhadap keberlanjutan perusahaan secara keseluruhan. Teknik industri modern yang mengintegrasikan prinsip keberlanjutan terbukti lebih tahan terhadap krisis ekonomi, tekanan pasar, dan perubahan lingkungan.

Teknologi dan Metode dalam green innovation

Green innovation atau inovasi hijau mencakup pemanfaatan teknologi dan penerapan metode yang ramah lingkungan untuk mencapai efisiensi, mengurangi limbah, dan meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan. Dalam teknik industri dan manufaktur, teknologi serta metode ini menjadi elemen kunci dalam mencapai produksi berkelanjutan (sustainable production).

Teknologi / MetodeDeskripsiKegunaan Utama
Clean TechnologyTeknologi bersih yang meminimalkan polusi dan penggunaan energiMengurangi emisi, efisiensi energi dalam proses industri
Green Supply Chain Management (GSCM)Integrasi prinsip ramah lingkungan ke seluruh rantai pasokMengurangi limbah, meningkatkan efisiensi logistik
Eco-Design (Desain Ekologis)Merancang produk dengan mempertimbangkan siklus hidup dan daur ulangProduk lebih tahan lama dan mudah didaur ulang
Renewable Energy IntegrationPemanfaatan energi terbarukan (surya, angin, biomassa) dalam proses produksiMengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil
Lean-Green ManufacturingPenggabungan metode lean dengan prinsip ramah lingkunganMinimasi limbah, efisiensi proses, dan produksi berkelanjutan
Life Cycle Assessment (LCA)Metode analisis dampak lingkungan sepanjang siklus hidup produkMenilai dan mengurangi dampak lingkungan sejak tahap desain

Perbandingan dengan Manufaktur Tradisional

AspekGreen innovationManufaktur Tradisional
Dampak LingkunganMenghasilkan polusi dan limbah tinggiMengurangi emisi, limbah, dan dampak lingkungan lainnya
Penggunaan Sumber DayaBoros energi dan bahan baku, kurang memperhatikan keberlanjutanEfisien, menggunakan energi terbarukan dan bahan baku ramah lingkungan
Biaya Operasional Jangka PanjangBiaya awal rendah, tetapi tinggi dalam jangka panjang (limbah, denda, dll)Investasi awal lebih tinggi, efisiensi biaya jangka panjang
Kepatuhan RegulasiReaktif terhadap peraturan, berisiko terkena sanksiProaktif terhadap regulasi, menerapkan standar seperti ISO 14001
Daya Saing dan InovasiInovasi terbatas, fokus pada volume dan hargaFokus pada inovasi berkelanjutan dan nilai tambah lingkungan
Teknologi ProduksiKonvensional, sedikit pembaruanTeknologi bersih, efisien, dan berbasis keberlanjutan
Citra PerusahaanKurang peduli lingkungan, dipandang negatif oleh konsumen modernCitra positif sebagai perusahaan peduli lingkungan dan tanggung jawab sosial

Penerapan Green innovation di Berbagai Industri

  1. Industri Manufaktur

Industri manufaktur menjadi salah satu sektor yang paling terdampak dan juga paling aktif dalam penerapan green innovation. Inovasi hijau diterapkan melalui efisiensi energi, penggunaan bahan baku ramah lingkungan, serta penerapan teknologi produksi bersih.

  • Industri Pertanian dan Pangan

Di sektor pertanian, green innovation diterapkan melalui pertanian organik, penggunaan pupuk alami, serta teknologi irigasi hemat air. Selain itu, pendekatan agroekologi dan circular agriculture juga menjadi sorotan.

  • Industri Transportasi

Sektor transportasi menerapkan green innovation melalui pengembangan kendaraan listrik, penggunaan bahan bakar bioenergi, dan sistem transportasi cerdas (smart transport system)

  • Industri Energi

Green innovation di sektor energi difokuskan pada pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa. Hal ini ditujukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

  • Industri Tekstil

Industri tekstil dikenal sebagai penyumbang limbah cair terbesar, sehingga penerapan green innovation menjadi sangat penting. Langkah yang dilakukan antara lain daur ulang air limbah, penggunaan pewarna alami, dan teknologi eco-print.

Tantangan dalam Green Innovation

Penerapan green innovation atau inovasi ramah lingkungan di berbagai industri menghadapi sejumlah tantangan yang cukup kompleks. Salah satu hambatan utama adalah tingginya biaya investasi awal yang diperlukan untuk mengadopsi teknologi dan sistem ramah lingkungan, seperti peralatan hemat energi, sistem daur ulang, atau penggunaan bahan baku berkelanjutan. Hal ini membuat banyak perusahaan, terutama skala kecil dan menengah, enggan untuk melakukan transformasi karena hasil yang diperoleh tidak langsung terlihat dalam jangka pendek (Neira-Zambrano dkk., 2023). Tantangan lainnya muncul dari kurangnya kesadaran dan budaya organisasi yang mendukung keberlanjutan, di mana sebagian besar manajemen dan karyawan belum menjadikan aspek lingkungan sebagai bagian dari nilai inti perusahaan. Kondisi ini menghambat inovasi internal karena minimnya pelatihan dan insentif terhadap karyawan untuk terlibat dalam praktik hijau (Guan & Zepp, 2020). Selain itu, keterbatasan teknologi dan infrastruktur juga menjadi kendala yang signifikan, terutama di negara berkembang atau wilayah yang belum memiliki dukungan sistem yang memadai. Infrastruktur seperti fasilitas pengolahan limbah, energi terbarukan, serta logistik berkelanjutan masih belum merata, sehingga menyulitkan implementasi inovasi secara menyeluruh.

Di sisi lain, ketidakpastian kebijakan dan regulasi pemerintah seringkali membuat perusahaan ragu untuk berinvestasi dalam green innovation. Perubahan peraturan yang cepat atau ketidaksesuaian antara kebijakan pusat dan daerah menciptakan ketidakpastian yang tinggi bagi pelaku industri. Tantangan lainnya adalah kurangnya kolaborasi antara sektor industri, akademisi, dan pemerintah dalam mengembangkan riset dan teknologi hijau. Terakhir, ketidaksiapan konsumen dan pasar juga menjadi hambatan. Banyak konsumen yang belum memiliki kesadaran penuh terhadap pentingnya produk ramah lingkungan dan enggan membayar lebih untuk produk hijau, sehingga mengurangi daya saing produk tersebut di pasar. Secara keseluruhan, tantangan dalam green innovation melibatkan berbagai aspek mulai dari ekonomi, sosial, hingga kebijakan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang komprehensif melalui dukungan regulasi yang stabil, peningkatan edukasi dan budaya perusahaan, investasi teknologi, serta pemberdayaan konsumen untuk menciptakan ekosistem industri yang benar-benar berkelanjutan.

Pengembangan Masa Depan Green Innovation

Pengembangan green innovation di masa depan akan menjadi pilar utama dalam transformasi industri global menuju keberlanjutan. Seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap isu perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan keterbatasan sumber daya alam, perusahaan-perusahaan akan semakin dituntut untuk menerapkan inovasi yang tidak hanya efisien secara ekonomi, tetapi juga bertanggung jawab secara ekologis. Tren ke depan menunjukkan bahwa pengembangan teknologi hijau akan mengarah pada otomatisasi berbasis kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan big data untuk mengoptimalkan efisiensi energi dan pemanfaatan sumber daya secara real-time Hal ini sejalan dengan konsep Industry 5.0, yang menempatkan manusia dan lingkungan sebagai pusat inovasi industri, bukan hanya produktivitas. Masa depan green innovation juga akan sangat dipengaruhi oleh transisi energi global ke sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan bioenergi. Perusahaan energi dan manufaktur akan berlomba dalam mengembangkan teknologi penyimpanan energi (baterai ramah lingkungan), pengurangan emisi karbon (carbon capture), serta inovasi dalam rantai pasokan berkelanjutan. Selain itu, model ekonomi sirkular (circular economy) akan menjadi arus utama, dengan menekankan pada desain ulang produk, penggunaan kembali bahan, serta daur ulang limbah industri sebagai bagian dari proses produksi.

Pengembangan masa depan green innovation juga akan sangat dipengaruhi oleh kolaborasi lintas sektor. Pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil perlu bersinergi dalam membentuk ekosistem inovasi yang mendukung riset dan adopsi teknologi hijau. Kebijakan insentif fiskal dan regulasi yang berpihak pada lingkungan akan mendorong pertumbuhan startup dan usaha kecil-menengah yang bergerak di bidang teknologi ramah lingkungan. Lebih dari itu, edukasi dan literasi publik tentang pentingnya konsumsi berkelanjutan juga akan berperan penting dalam mendorong permintaan terhadap produk-produk hijau. Secara keseluruhan, pengembangan masa depan green innovation bukan hanya soal menciptakan teknologi baru, tetapi juga menciptakan perubahan paradigma dalam cara kita memproduksi, mengonsumsi, dan membangun masa depan yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan didukung oleh kebijakan yang progresif dan kolaborasi multipihak, green innovation akan menjadi kunci dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi hijau yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga menyelamatkan lingkungan hidup untuk generasi mendatang.

Kesimpulan

Green innovation merupakan strategi penting yang muncul sebagai respons terhadap meningkatnya dampak lingkungan dari aktivitas industri, khususnya pada sektor manufaktur di Indonesia. Inovasi ini mencakup pengembangan produk dan proses produksi yang ramah lingkungan, efisien dalam penggunaan sumber daya, dan mendukung keberlanjutan jangka panjang. Penerapannya terbukti mampu meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing perusahaan, meskipun tantangan seperti biaya awal yang tinggi dan keterbatasan infrastruktur masih menjadi hambatan utama.

Studi-studi terdahulu menunjukkan hasil yang beragam terkait pengaruh green innovation terhadap kinerja perusahaan. Penelitian oleh Hendrawan & Suhartini (2025) menyoroti bahwa pada sektor industri dasar dan kimia, dampak terhadap kinerja keuangan belum signifikan dalam jangka pendek. Sebaliknya, Asila & Falikhatun (2023) serta Tarigan & Dewi (2025) menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang berhasil mengintegrasikan green innovation ke dalam strategi bisnisnya mengalami peningkatan nilai perusahaan dan profitabilitas, khususnya jika didukung oleh praktik pelaporan berkelanjutan dan manajemen strategis.

Green innovation bekerja melalui tiga komponen utama: pengembangan produk hijau, proses produksi berkelanjutan, dan manajemen lingkungan yang terintegrasi. Implementasinya juga ditunjang oleh pemanfaatan teknologi seperti clean technology, eco-design, serta pendekatan green supply chain. Dalam konteks teknik industri, green innovation memberikan keunggulan strategis berupa efisiensi energi, kepatuhan terhadap regulasi, peningkatan citra perusahaan, serta daya saing jangka panjang. Meskipun implementasi green innovation di Indonesia masih menghadapi tantangan struktural seperti rendahnya kesadaran organisasi, keterbatasan teknologi, dan ketidakpastian regulasi, prospek masa depan menunjukkan arah yang positif. Dukungan kebijakan pemerintah, kolaborasi lintas sektor, serta perkembangan teknologi berbasis IoT dan AI akan mempercepat transformasi industri ke arah yang lebih hijau dan berkelanjutan. Dengan demikian, green innovation bukan hanya menjadi tuntutan lingkungan, tetapi juga merupakan kebutuhan strategis untuk mempertahankan kelangsungan bisnis, meningkatkan nilai perusahaan, serta menjawab tantangan global akan keberlanjutan industri manufaktur di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Asila, N. F., & Falikhatun. (2023). Pengungkapan Lingkungan, Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan dan  Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Indonesia. 6.

Chen, Y.-S., Lai, S.-B., & Wen, C.-T. (2006). The Influence of Green Innovation Performance on Corporate Advantage in Taiwan. Journal of Business Ethics, 67(4), 331–339. https://doi.org/10.1007/s10551-006-9025-5

Eiadat, Y., Kelly, A., Roche, F., & Eyadat, H. (2008). Green and competitive? An empirical test of the mediating role of environmental innovation strategy. Journal of World Business, 43(2), 131–145. https://doi.org/10.1016/j.jwb.2007.11.012

Guan, J., & Zepp, H. (2020). Factors Affecting the Community Acceptance of Onshore Wind Farms: A Case Study of the Zhongying Wind Farm in Eastern China. Sustainability, 12(17), 6894. https://doi.org/10.3390/su12176894

Hendrawan, A. S., & Suhartini, D. (2025). Green Innovation Pada Kinerja Perusahaan Manufaktur di Indonesia? JAMBURA ECONOMIC EDUCATION JOURNAL, 7(1).

Husnaini, W., & Tjahjadi, B. (2020). QUALITY MANAGEMENT, GREEN INNOVATION AND FIRM VALUE: EVIDENCE FROM INDONESIA. International Journal of Energy Economics and Policy, 11(1), 255–262. https://doi.org/10.32479/ijeep.10282

Kammerer, D. (2009). The effects of customer benefit and regulation on environmental product innovation.: Empirical evidence from appliance manufacturers in Germany. Ecological Economics, 8(9), 2285–2295.

Morrow, J., & Mowatt, S. (2015). The Implementation of Authentic Sustainable Strategies: i‐SITE Middle Managers, Employees and the Delivery of 100% Pure New Zealand. Business Strategy and the Environment, 24(7), 656–666. https://doi.org/10.1002/bse.1897

Neira-Zambrano, K., Trebilcock-Kelly, M., & Briede-Westermeyer, J. C. (2023). Older Adults’ Thermal Comfort in Nursing Homes: Exploratory Research in Three Case Studies. Sustainability, 15(4), 3002. https://doi.org/10.3390/su15043002

Qureshi, M. I., Khan, N., Qayyum, S., Malik, S., Hishan, S. S., & Ramayah, T. (2020). Classifications of Sustainable Manufacturing Practices in ASEAN Region: A Systematic Review and Bibliometric Analysis of the Past Decade of Research. Sustainability, 12(21), 8950. https://doi.org/10.3390/su12218950

Robbi, A. I. I., Nuryanto, U. W., & Handayani, Y. S. (2025). Analisis Pengaruh Green Manufacturing terhadap Firm Performance pada Sektor Industri Manufaktur Alas Kaki. Jurnal INTECH Teknik Industri Universitas Serang Raya, 11(1), 31–40. https://doi.org/10.30656/intech.v11i1.9458

Samino, Z. D. A., Santoso, S. E. B., Fitriati, A., & Amir, A. (2025). IMPACT OF GREEN INNOVATION AND GREEN INVESTMENT ON FIRM VALUE. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (MEA), 9(1), 1368–1386. https://doi.org/10.31955/mea.v9i1.5182

Tarigan, L. M. B., & Dewi, S. (2025). Pengaruh Integrated Reporting dan Green Innovation Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2019-2023. Journal of Accounting and Finance Management, 6(1), 339–351. https://doi.org/10.38035/jafm.v6i1.1679

Zailani, S. H. M., Eltayeb, T. K., Hsu, C., & Choon Tan, K. (2012). The impact of external institutional drivers and internal strategy on environmental performance. International Journal of Operations & Production Management, 32(6), 721–745. https://doi.org/10.1108/01443571211230943

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Media Sembilan
Hallo Kakak!